SCMA: Price action murni

Ini adalah analisis kedua SCMA. Dalam analisa pertama, strategi yang digunakan adalah divergence dengan menggunakan indikator RSI.

Namun pada analisa kali ini, indikator sama sekali tidak akan digunakan. Dengan kata lain analisa kali ini murni hanya berdasarkan pergerakan harganya.

Trend
SCMA berada dalam fase sideways setelah sebelumnya berada dalam fase downtrend. Sideways setelah downtrend bisa menjadi pertanda terjadi sebuah reversal dimana sideways merupakan transisi dari perubahan trend.

Price action dalam trend sideways ini kemudian dibagi menjadi 3 bagian yang pada chart ditandai dengan angka 1,2 dan 3.
1. Di price action ini, harga break dari uptrend linenya. Sebelumnya terjadi uptrend dari low 2 hingga ke puncak tertinggi yaitu neckline. Break ini menandakan bahwa tekanan jual sangat kuat dan berpotensi membawa harga turun.

2.Terjadi downtrend setelah harga menembus uptrend line. Penurunan ini membawa harga kembali ke area demand. Kenapa area ini dinamakan area demand? karena di area ini terjadi permintaan cukup kuat yang membuat harga membentuk trendline, dimulai dari low 2 ke puncak neckline.

3.Di area ini terbentuk low 3. Perhatikan juga bahwa di area ini terjadi perlawanan yang divisualisasikan oleh lower shadow pada 4 candle di area ini. Bagian vital pada low ini adalah, fakta bahwa ini adalah low tertinggi dari 2 low sebelumnya. Secara tidak langsung ini mengindikasikan bahwa tekanan jual pada low 3 tidak sekuat tekanan pada low 1 dan 2. Kenapa? sekali lagi low 3 tidak mampu bergerak turun dibawah low 2 dan 3.

Point ke 3 menjadi area beli baru untuk SCMA yaitu di kisaran 254-240. Kenapa area ini menjadi area beli?
  • Karena harga kembali ke area demand
  • Karena low di area ini lebih tinggi dari dua low sebelumnya.

Cutloss jika harga turun melewati low 2

Catatan:
Support merah dinamakan neckline karena low 1, 2, dan 3 berpotensi membentuk pola pembalikan arah yaitu inverted head and shoulders.
Supply and DemandTrend Analysis

test
更多:

相关出版物

免责声明